MEMPAWAH – Kegiatan Kolaborasi Gemawan dan Institut Dayakologi yang menghadirkan setiap elemen masyarakat seperti pemuka agama, tokoh adat, pemerintahan desa, karang taruna, kelompok tani, dan kelompok perempuan muda serta unsur lainnya memasuki babak berikutnya. Kali ini kegiatan dilakukan secara paralel seperti di Aula Kantor Desa Suak Barangan, Bumbun, dan Sekabuk, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah. Dan berlangsung selama tiga hari dari tanggal 09 hingga 11 Oktober 2024.
Duyung sapaan akrabnya, Aktivis Institut Dayakologi menerangkan bahwa Perempuan muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Perempuan muda sering kali menjadi penjaga pengetahuan tradisional tentang pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, sekaligus terbuka terhadap inovasi dan teknologi baru yang dapat mendukung upaya pelestarian lingkungan.
"Selain itu, perempuan muda juga berpotensi menjadi pemimpin dalam gerakan lingkungan di tingkat akar rumput. Mereka dapat mengorganisir komunitas untuk melakukan aksi-aksi pro-lingkungan," ujar Duyung, kepada media ini, Senin (14/10/2024).
Oleh karena itu, menurut Duyung, perlunya menggali perspektif stakeholder desa tentang peran perempuan muda dalam mitigasi perubahan iklim yang nantinya sekaligus menganalisis kendala dan tantangan, yang dihadapi dalam upaya pemberdayaan perempuan muda terkait isu perubahan iklim.
Sementara itu Pegiat Gemawan, Ageng mengatakan bahwa perempuan muda merupakan bagian yang fundamental dari sendi peradaban. Dalam konteks pengelolaan hutan dan lahan perempuan muda nantinya akan menggantikan peran pendahulunya dalam melestarikan hutan.
Oleh karena itu, kata Ageng, melalui diskusi terfokus ini menjadi ruang dari multi perspektif untuk melihat bagaimana cara pandang terhadap perempuan dalam hal pengelolaan sumber daya alam.
"Misi ini harus mulai intens digalakkan, artinya mesti ada penerus dan pelestari baru untuk menjaga sesuai dengan nilai-nilai luhur yang sudah diajarkan sejak dahulu," pungkasnya.